Peta sebaran gempa bumi yang terjadi di Kabupaten Samosir pada awal hingga pertengahan tahun 2021 lalu.(BMKG). |
Samosir(DN)
Pusat Penelitian dan Pengembangan Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (Puslitbang BMKG) melakukan kajian mikrozonasi bahaya gempa bumi di Kabupaten Samosir.
Dalam hal ini, Plt. Kepala Pusat Penelitian dan Pengembangan BMKG Dr. Supriyanto Rohadi, M.Si didampingi Dr. Jaya Murjaya, M.Si (Perekayasa Utama), Drs. Mohammad Taufik Gunawan (Perekayasa Utama) bersama dengan Tim BBMKG Wilayah I Medan, turun langsung ke Kabupaten Samosir, Rabu, 15 Juni 2022.
Rombongan diterima oleh Pj. Sekretaris Daerah Hotraja Sitanggang, ST, MM didampingi Kepala BPBD Samosir Sarimpol Simanihuruk, pimpinan OPD dan Camat di Ruang Lobby Lt. II Kantor Bupati Samosir.
Plt. Kepala Pusat Penelitian dan Pengembangan BMKG Dr. Supriyanto Rohadi, M.Si dalam paparannya menjelaskan kegiatan mikrozonasi ini dilakukan dengan tujuan memetakan daerah berdasarkan lapisan batuan, melakukan analisis tingkat bahaya di Samosir berdasarkan analisis data microtremor dan alat lainnya.
Disampaikan, Indonesia rawan bencana, karena Indonesia terletak di pertemuan tiga lempeng tektonik, yakni Eurasia, Indo-Australia dan Lempeng Pasifik.
Sebanyak 80% dari wilayah Indonesia, terletak di lempeng Eurasia, yang meliputi Sumatra, Jawa, Kalimantan, Sulawesi dan Banda. Lempeng benua ini hidup, setiap tahunnya mereka bergeser atau menumbuk lempeng lainnya dengan jarak tertentu.
Untuk kawasan Pulau Samosir dan Danau Toba sendiri, berada di jalur sesar Sumatera yang masih aktif, dan memiliki potensi kerawanan gempa. BMKB mencatat selama periode Januari-Mei 2021, Danau Toba dan Pulau Samosir pernah diguncang gempa sebanyak 142 kali.
"Mikrozonasi ini bisa memberikan informasi zona-zona yang mempunyai potensi berdampak dan zona relatif aman akibat ancaman bahaya gempa bumi (getaran gempa bumi) yang disajikan dalam bentuk informasi spasial (ruang) dengan skala mikro atau kecil," katanya.
Selain itu, mikrozonasi bisa mendukung implementasi RTRW (Rencana Tata Ruang Wilayah) dan RDTR (Rencana Detail Tata Ruang) dalam rangka pembangunan infrastruktur berbasis mitigasi di Kabupaten Samosir nantinya.
Sementara itu, Pj. Sekda Hotraja Sitanggang, ST, MM menyampaikan terimakasih dan selamat datang di Kabupaten Samosir sebagai titik nol peradaban Batak.
Ia mengatakan, berdasarkan penelitian bahwa Danau Toba merupakan kaldera yang terbentuk akibat meletusnya Gunung Toba sekitar tiga kali yang pertama 840 ribu tahun lalu dan yang terakhir 74.000 tahun lalu, kemudian membentuk kaldera dan di tengahnya kemudian muncul Pulau Samosir.
Berdasarkan para ahli juga diyakini bahwa kawasan kaldera Toba akan terus mengalami siklus geologi yang sangat panjang.
Melalui pertemuan ini, Sekda berharap akan membangun pemahaman terhadap potensi gempa di Kabupaten Samosir sehingga masyarakat mengerti dan bisa menyesuaikan diri nantinya.
Disamping itu juga, data kajian yang akan disampaikan oleh BMKG akan menjadi dasar dan data penting dalam penyusunan RTRW Kabupaten Samosir kedepan.(ril).