Warga Hasinggaan menggelar rapat dan pengumpulan tanda tangan dukungan terhadap ketiga terperiksa kasus dugaan kejanggalan kematian Ingot Simandalahi. |
Samosir(DN)
Sehari pasca tiga orang warga Desa Hasinggaan Kecamatan Sianjur Mulamula Kabupaten Samosir diperiksa Satreskrim Polres Samosir terkait pengaduan kejanggalan kematian salah seorang warga yang bernama Ingot Simandalahi (48) pada 15 Desember 2020 lalu, warga beri dukungan.
Jika kemarin, 16/1, puluhan warga turut mendampingi ketiga orang yang diperiksa di Polres Samosir. Kali ini, pada Minggu, 17 Januari 2021, ratusan warga Desa Hasinggaan kembali memberikan dukungan moril. Dihadapan ketiga terperiksa, ratusan warga melakukan penggalangan dukungan moril dengan mengumpulkan tanda tangan.
Tanda tangan dukungan terhadap ketiga terperiksa Sudiman Simandalahi, Rista Simarmata dan Ronal Panjaitan ini nantinya akan dikirimkan kepada Kapolres Samosir.
Salah seorang warga, Koli Simanjorang mengatakan merasa terkejut dengan adanya aduan ke Polres Samosir diduganya kematian almarhum Ingot Simandalahi dengan tidak wajar dan langsung dikebumikan.
Koli juga menerangkan bahwa kejadian naas yang menimpa korban terjadi pada 15 Desember 2020, dan dikebumikan pada 17 Desember 2020 serta dilaksanakan secara adat Batak.
"Pada tanggal 15 sekitar pukul 07.00 wib, kita mendapatkan kabar bahwa terjadi musibah longsoran batu yang menimpa almarhum Ingot Simandalahi dan Ronal Panjaitan dijalan penghubung desa Hasinggaan-Bonan Dolok. Pemakaman juga dilakukan dua hari setelah kejadian yaitu tanggal 17, dengan acara adat batak," tambahnya.
Disinggung wartawan tentang penggalangan tanda tangan warga yang sedang dilakukan, Koli mengatakan bahwa hal itu adalah bentuk dukungan spontanitas dari warga kepada tiga terperiksa. Dirinya menganggap, kejanggalan itu bukan lagi kejadian yang merenggut nyawa korban melainkan aduan yang dilayangkan ke kepolisian.
"Ini semua adalah bentuk dukungan spontanitas dari warga kepada ketiga tetangga kita ini. Yang janggal itu bukan kematian almarhum lagi, melainkan aduan yang membuat ketiga orang warga diperiksa polisi," ujar Koli.
Menurutnya, warga merasa satu penderitaan dengan apa yang dialami para terperiksa, karena mereka meyakini jika terperiksa tidak mungkin melakukan hal tercela bahkan sampai merencanakan dan melakukan tindak pidana pembunuhan.
Warga melihat dari sifat keseharian dari korban dan ketiga terperiksa yang tidak pernah melakukan hal-hal yang membuat risih dan meresahkan ditengah masyarakat.
Dalam acara ini, salah seorang terperiksa Sudiman Simandalahi merasa terharu dan mengucapkan terima kasih dengan apa yang dilakukan para warga. Serta menyatakan tidak mampu membalas budi para tetangganya warga Desa Hasinggaan.
"Saya mengucapkan terima kasih kepada amang/inang sekalian. Saya tidak tahu lagi cara membalas budi kalian ini," ucap Sudiman.
Warga Hasinggaan kumpulkan tanda tangan. |
Sesalkan Pemberitaan Sepihak
Sebelumnya salah seorang warga, Bottor Sagala ketika ditemui dilokasi musibah longsoran batu yang sedang melakukan gotong royong bersama puluhan warga lainnya menunjukkan tempat mereka mengangkat jenazah korban. Dia juga menerangkan bahwa kerap terjadi longsoran batu dilokasi tersebut.
"Disinilah posisi korban tergeletak, dan lokasi jalan ini memang menakutkan untuk dilalui karena sering terjadi longsor dan batu berjatuhan dari atas sana," ungkap Bottor seraya jarinya menunjuk keatas gunung yang curam.
Bottor dan warga mengatakan tidak sepaham dan menyangkal pemberitaan salah satu media yang mewawancarai pengurus dan pengacara ormas yang mereka rasa tidak bersesuaian dengan situasi dilapangan.
"Datang dululah kemari, lihat dan tanya keterangan dari warga sekitar. Jangan tiba-tiba membuat pernyataan sebelum turun ke lapangan. Kami juga orang Batak, dan kami tahu mana yang baik dan mana yang tidak baik," tegas Bottor.
Bottor dan warga menyatakan akan mengawal dan mendampingi tetangganya jika nantinya dipanggil oleh kepolisian. Dan akan bersama-sama warga dengan jumlah yang lebih besar.
"Nanti kalau ada pemeriksaan, kemarin kita datang satu kapal. Nanti kita akan datang dengan jumlah yang makin banyak dengan tiga kapal," tutupnya.
Diceritakan warga, Ingot Simandalahi meninggal dunia terkena longsoran batu ketika melintas di jalan Desa Hasinggaan-Bonan Dolok Kecamatan Sianjur Mulamula Samosir berboncengan dengan Ronal Panjaitan.
Tujuan mereka ke Kota Cane Aceh Tenggara untuk marsukkun utang (mengantar mahar.red) kepada keluarga perempuan dengan membawa uang 18 juta rupiah. Dimana anak dari terperiksa Sudiman Simandalahi dan istrinya Rista Simarmata yang akan menikah bulan Februari 2021.
Informasi yang dihimpun dari Sudiman, bahwa uang yang hendak diantar tidak berkurang dan kembali utuh ketangannya.
Ronal Panjaitan ketika dikonfirmasi wartawan, tidak mau berbicara banyak karena merasa trauma dengan apa yang dialaminya saat ini. "Musibah yang datang, malah kita diperiksa polisi. Mudah-mudahan tidak terjadi seperti ini lagi," jawabnya singkat.(Red).