-->

Notification

×

iklan

818c30eaf5be436f9fd47e51e3177791

Iklan

818c30eaf5be436f9fd47e51e3177791

Terlanjur Dibuatkan Liang Lahad Padahal Masih Hidup

Rabu, 26 Agustus 2020 | 08.52 WIB Last Updated 2020-08-26T02:53:01Z
Liang lahad untuk pasien yang dikabarkan meninggal.(detikNews).
Surabaya(DN)
Harnanik (68) dikabarkan meninggal oleh rumah sakit. Keluarganya langsung menyiapkan penjemputan jenazah dan liang lahad, namun ternyata Harnanik masih hidup.

Menurut anak Harnanik, Nanung Hermawan (44), peristiwa itu terjadi di RSUD Mardi Waluyo Kota Blitar pada Senin (24/8) sekitar pukul 07.00 WIB.

Harnanik (53) merupakan warga Desa Bendowulung RT 07 RW 02, Kecamatan Sanankulon, Kabupaten Blitar. Wanita ini dibawa keluarganya ke RSU pada 10 hari lalu.

Kondisinya menurun akibat penyakit darah tinggi yang mengarah ke stroke ringan. Karena mengalami sesak napas, pihak rumah sakit memasukkan Harnani ke ruang isolasi untuk penanganan pasien dengan gejala klinis mengarah ke COVID-19.

"Karena masuk ruang isolasi Mawar, rumkit melarang ada keluarga yang menunggui. Jadi kami hanya mengantarkan barang keperluan ibu dan menyerahkan sepenuhnya penanganan ibu ke tim medis," kata Nanung mengawali cerita kepada detikcom, Selasa (25/8/2020).

Tiba-tiba sekitar pukul 07.00 WIB, pihak rumah sakit menelpon ayah Nanung, Putut Karyani, memberitahukan jika Harnanik meninggal dunia. Nanung meminta ayahnya berangkat dulu ke rumah sakit.

"Sampai di sana, bapak dihadapkan di depan jenazah yang kondisinya tertutup. Bapak lalu menyalatkan jenazah ibu dan mendoakannya," tutur pria berusia 44 tahun ini.

Ketika bapaknya ke rumah sakit, Nanung menyiapkan semua keperluan di rumah duka. Para tetangga yang mendengar kabar duka mulai berdatangan melayat. Bahkan, beberapa tetangga langsung menuju ke area pemakaman untuk menyiapkan liang lahatnya.

"Ketika galian kubur sedalam dengkul, tiba-tiba bapak telepon. Katanya bukan ibu yang meninggal. Jadi usai mendoakan, bapak disuruh membuka kain penutup jenazah untuk memastikan bahwa itu jasad ibu."

"Begitu dibuka kain penutupnya, bapak kaget karena jasad itu bukan wajah ibu. Kain dibuka lebih lebar lagi, dan bapak memastikan itu bukan jasad istrinya," ungkap Nanung.

Begitu mendengar kabar itu, warga menghentikan proses penggalian liang lahat. Para tetangga yang mulai berdatangan ke rumah duka, juga balik kanan tidak jadi melayat.

Menurut cerita Nanung, bapaknya kemudian menanyakan di mana ibunya dirawat sekarang. Seorang petugas medis lalu mengantarkannya menuju kaca di balik ruang isolasi.

"Bapak melihat sendiri, ibu masih dirawat di dalam ruang isolasi. Ibu dalam posisi duduk, dan wajahnya seperti melihat kondisi sekeliling ruangan begitu. Nah di situ bapak memastikan ke perawat, kalau ibu atas nama Harnanik tidak meninggal," tambahnya.

Nanung mengaku langsung menyusul bapaknya ke RSUD Mardi Waluyo. Dan dia melihat sendiri, ibunya dalam posisi terbaring, namun tidak terpasang gelang yang bertuliskan data pasien.

Begitu menyadari ada kesalahan informasi, petugas ruang isolasi meminta maaf. Dan memindahkan Harnanik dari ruang isolasi mawar menuju ruang bougenvil.

"Ketika dipindah itu, ibu baru dipasang gelang pasiennya. Terus saya tanya, kenapa dipindah apa sudah keluar hasil tes swab-nya. Seorang petugas menjawab, sudah keluar dan hasilnya negatif," terang Nanung.

Soal salah informasi dari rumah sakit ini juga dibenarkan Kapolsek Sanankulon, AKP Wahono. Karena kemarin sedang rapat koordinasi Gerakan Sejuta Masker, kapolsek memerintahkan Bhabimkamtibmas menuju rumah Harnanik.

"Iya memang benar ada kesalahan informasi dari rumah sakit. Saya minta Bhabinkamtibmas ke lokasi kemarin, dan pihak keluarga sudah menyaksikan sendiri, kalau jenazah yang ditunjukkan rumkit itu bukan ibu mereka," ujarnya.

Wadir Pelayanan dan Penunjang RSUD Mardi Waluyo Kota Blitar, dr Herya Putra mengatakan, pihaknya sudah meng-cross check ruangan dan perawatan. Ia mengakui, pihaknya salah menginformasikan data pasien yang meninggal kepada pihak keluarga.

"Memang kesalahan kami. Itu mutlak karena orientasi tempatnya. Kalau gelang memang terpasang. Kan dua-duanya (Harnanik dan pasien yang meninggal) kondisinya tidak begitu baik. Dari awal sesak berat," kata dr Herya.

Herya mengakui, ada kesulitan komunikasi dari petugas yang ada di dalam area isolasi dengan petugas di luar. Herya menyebut, komunikasi mereka kurang begitu lancar karena situasinya terpisah.

"Kesulitan komunikasi. Nah itu yang jadi kendala. Terus kemudian, dari teman administrasi yang ada di ruangan, orientasinya tempat. Jadi ruangan ini pasien ini, ruangan ini pasien ini. Tidak bisa melihat langsung gelang pasiennya," ungkapnya.

Selain hal itu Herya juga menambahkan, potensi kesalahan bisa terjadi saat pasien dipindah tempat untuk pengambilan foto thorax. Karena untuk mencegah paparan COVID-19, foto thorax dilakukan di satu tempat khusus.

"Ya namanya berbuat salah, pertama yang kami lakukan meminta maaf. Kami terbuka," lanjutnya.

Kesehatan Harnanik membaik. Para tetangga pun kembali menguruk liang lahad yang terlanjur dibuat saat mendengar kabar Harnanik meninggal.

Pengurukan liang lahat itu disampaikan salah seorang tetangga Harnanik, Wasis Kuntoaji. Menurutnya tidak elok membiarkan liang lahad tetap menganga. Terlebih bisa membahayakan orang yang mau ziarah di TPU Desa Bendowulung itu.

"Yo diuruk maneh Mbak. Marai wong keblowok lak dijarno (ya diuruk lagi Mbak, bisa bikin orang jatuh masuk lubang kalau dibiarkan terbuka). Alhamdulillah Bu Nanik diparingi panjang umur," kata Wasis.(DN/detikNews).
×
Berita Terbaru Update